Radio AM SSB 2 Band LA1600

Pesawat penerima radio AM berbasis LA1600 sudah pernah saya buat beberapa waktu yang lalu berdasarkan skema dari datasheet dengan menggunakan rangkaian LC dan hasilnya cukup baik. Kemudian seiring dengan telah berhasilnya pembuatan oscillator Si5351 sayapun ingin melanjutkan pembuatan radio ini menggunakan VFO digital. Setelah di-oprek selama beberapa minggu akhirnya didapat skema sebagai berikut :

Sesuai skema tersebut dirancang PCB dengan lay out sebagai berikut :

Setelah dibuatkan PCB dan disolder hasilnya sebagai berikut :


Rangkaian tersolder dihubungkan dengan antenna loop 40 meter band dan diberi tegangan yang sesuai, hasilnya sebagai berikut :

Bagi anda yang ingin mencoba bereksperimen silahkan bisa menggunakan pola PCB di bawah ini. Ukuran jadi setelah dicetak agar disesuaikan yaitu 12.0 cm x 8.0 cm.

Hasil Eksperimen :

  1. Pada gambar skema terdapat beberapa komponen yang bisa disederhanakan dengan hasil yang tidak jauh berbeda. IC 7809 misalnya bisa diganti dengan resistor tinggal dicoba mencari nilai yang sesuai. Kemudian 2 buah dioda 1N4002 seri pada jalur tegangan masuk ke LA1600 juga bisa diganti dengan resistor sekitar 100 ohm atau disesuaikan agar tegangan yang masuk ke IC sekitar 3,5 Volt. Menurut datasheet LA1600 mampu diberi tegangan 5 Volt silahkan dicoba jika anda punya serepnya ya.
  2. Output rangkaian BFO pada beberapa skema dimasukkan pada jalur antara trafo IF dengan kaki 4 pada LA1600, seperti pernah saya coba pula pada kesempatan sebelumnya. Apabila dilakukan seperti ini maka yang saya alami adalah terdapat noise berupa desis yang cukup tinggi ketika BFO dihidupkan. Pada beberapa kesempatan efek BFO masih terasa walaupun trimpot BFO berada pada posisi minimal. Di lain pihak jika BFO terlalu besar maka sinyal yang diterima menjadi terganggu. Setelah searching beberapa saat saya menemukan skema dari JA1MFM Shigeru Tomita dimana pada skemanya jalur output dari BFO merupakan garis terputus di dekat trafo IF, diterangkan bahwa output BFO tidak perlu dihubungkan kemanapun, cukup didekatkan saja. Hasil eksperimen saya menunjukkan bahwa hasil yang optimal diperoleh ketika output BFO disalurkan melalui kabel berisolasi, masih ada selubungnya, dilewatkan di samping trafo IF kemudian dilewatkan dekat kaki-kaki LA1600. Dengan cara ini kita bisa memperoleh efek BFO yang optimal sambil kita mengatur levelnya melalui trimpot.
  3. Eksperimen rangkaian ini saya kerjakan mengulang sampai 3 kali karena beberapa kali mengalami error. Yang pertama kali ketika penasaran ngoprek BFO menyolder dan membolak-balik PCB akhirnya korslet kena genangan air di meja makan. Yang kedua kalinya sedang asyik ngoprek tiba-tiba rangkaian tidak bunyi sementara audio amplifier masih mendengung ketika inputnya disentuh jari. Akhirnya saya membuat PCB baru dan membuat lagi rangkaian ini, tapi hal yang sama terulang kembali. Singkat cerita setelah dicoba-coba penyebabnya adalah : TDA2003 kepanasan. Jadi kesimpulannya sebelum kita ngoprek rangkaian ini, pasang heatsink yg cukup pada TDA2003. Punya saya sudah normal dengan dibaut ke plat tembaga kecil dengan ketebalan 5 mm hehehe . . .
  4. Input VFO untuk receiver ini menggunakan VFO digital Si5351, dengan pengaturan frekuensi VFO = frekuensi RX + 455 kHz. Penyetelan atau kalibrasi mode SSB cukup dikerjakan di awal saja, VFO kita tuning ke frekuensi yang biasanya ada siaran orang berkomunikasi, hidupkan BFO, selanjutnya kapasitor trimmer rangkaian BFO diatur sampai didapat modulasi yang manusiawi. Untuk level VFO saran saya agar trimpot distel maksimal dulu agar bisa menangkap siaran. Setelah normal maka level VFO bisa dikurangi secukupnya. Jika level VFO terlalu kecil maka yang terdengar hanyalah noise dan tidak ada siaran yang terdengar walaupun tuning dari ujung ke ujung sampai capek. Untuk menerima siaran AM maka BFO dimatikan. Sudah.
  5. Pesawat penerima radio ini bisa difungsikan untuk penerima multiband, tinggal ditambahkan rangkain Band Pass Filter sesuai yang diinginkan saja. Tentunya VFO Si5351 bisa dikondisikan agar ada menu pilihan band dan bisa juga ditambahkan agar bisa otomatis memilih BPF yang sesuai.
  6. Mungkin anda penasaran dengan video test nomor 2, dimana frekuensi VFO sekitar 3,2 MHz dan siaran radio amatir yang diterima boleh jadi berasal dari band 40 meter mengapa demikian ? Ternyata BPF 80 meter yang saya pasang dengan varco berada pada posisi nilai kapasitas yang kecil sehingga boleh jadi BPF ini resonan pada band 40 meter. Dengan demikian sinyal yang masuk adalah sinyal 40 meter. Satu hal lagi yang sempat saya pelajari dulu sekali dari tulisan OM PY2OHH yaitu bahwa receiver bisa berfungsi dengan input VFO yang frekuensinya setengah dari frekuensi penerimaan khususnya pada DC receiver, dengan bonus noise yang lebih rendah. Apakah hal yang sama berlaku disini, silahkan bereksperimen hehehe . . .

Rangkaian radio AM SSB 2 band LA1600 ini cocok digunakan dalam pembuatan transceiver AM yang menggunakan oscillator Si5351. Output VFO dari Si5351 dapat digunakan sebagai input untuk transmitter dengan frekuensi sesuai tampilan display, dan output BFO digunalan sebagai input rangkaian receiver dengan frekuensi = frekuensi display + 455 kHz. Apabila dalam berkomunikasi lawan bicara menggunakan mode SSB maka BFO pada rangkaian LA1600 dapat diaktifkan. Frekuensi VFO dan BFO pada oscillator Si5351 diaktifkan bergantian pada saat memancar dan menerima. Contoh sketch oscillator Si5351 untuk keperluan ini dapat dilihat pada artikel “Belajar membuat VFO Si5351” pada blog ini.

Selamat mencoba.

Z

Pemasangan Mixer SBL-1 pada BITX

Sudah lama saya ingin mencoba menerapkan modul SBL-1 pada BITX secara lengkap sebanyak 2 buah. Untunglah kali ini saya ada stock SBL-1 cabutan di laci, ada PCB BITX dari pak Yoke Kurnia, dan masih ada sisa-sisa komponen yang cukup untuk merakit satu set BITX.

Setelah membandingkan datasheet dengan skema, dilengkapi referensi online dari beberapa sumber, saya mencoba menerapkan seperti pada skema berikut ini :

IMG_20231017_203643

Setelah dipasang pada PCB maka penampakannya sebagai berikut :

Selanjutnya setelah rangkaian lengkap terhubung ke oscillator, speaker dan power supply ternyata sudah dapat menangkap komunikasi rekan di band 40 meter.

Dengan demikian kesimpulan sementara adalah skema penerapan SBL-1 di atas bisa dipergunakan. Adapun test untuk TX masih menunggu waktu yang tepat.

 

Hasil test bisa disaksikan pada video berikut :

 

Selamat mencoba.

Z

Modulator AM – JAWARA

Berbagai eksperimen telah dilaksanakan untuk mewujudkan perakitan pemancar AM, dimana bagi saya sampai saat ini sudah tidak ada masalah yang berarti terkait pembuatan oscillator dan penguat linier. Masalah yang tersisa adalah belum ditemukannya rangkaian Modulator AM yang hasilnya cukup bagus dan konsisten.

Ketika saya melakukan finalisasi eksperimen modulator “Low Level” yang disebut Modulator Wenzel, saya membaca diskusi dan artikel dari OM Kostas (SV3ORA). Setelah melakukan pengecekan datasheet, mencari rangkaian lain yang sejenis, dan membuat eksperimen beberapa kali dengan mengorbankan beberapa IC, inilah rangkaian yang saya dapatkan (updated) :

Setelah disolder beginilah penampakannya (transistor belum dipasang) :

Dari penampakannya sudah terlihat kesederhanaan rangkaian ini, sehingga dijamin Anda tidak percaya sebelum mencobanya hahahaa . . .

Kalau boleh saya menyalakan kompor untuk memanas-manasi rasa penasaran Anda, kira-kira inilah beberapa fitur dari rangkaian Modulator AM JAWARA ini :

  1. Tegangan fleksibel, jika menggunakan satu catu daya saja disarankan 13,8 V. Bisa juga diberi catu daya terpisah yang lebih tinggi untuk Final TX, untuk amannya saya sarankan sampai 24 V saja dulu. Kalau mau dimaksimalkan silahkan cek datasheet.
  2. Arus maksimal yang bisa dilayani disarankan 3 Ampere saja dulu. Kalau mau dimaksimalkan silahkan cek datasheet.
  3. Rangkaian ini sangat mudah diintegrasikan dengan penguat linier yang sudah ada. Cukup putuskan jalur dari koil pada kolektor atau drain transistor Final, yang semula ke positif power supply dipindahkan ke +AM dari rangkaian JAWARA.
  4. Rangkaian Modulator AM – JAWARA ini mampu melayani modulasi dengan power output kelas QRP (maksimal 5 Watt) sampai amannya sekitar 25 Watt. Menurut teori ramalan Mbah Dukun mestinya bisa lebih tapi silahkan eksperimen sendiri. Jangan lupa perhatikan heatsink yg digunakan. Perhatikan saja ya, ingat !
  5. Kedalaman modulasi rangkaian ini sangat baik dibandingkan rangkaian Modulator lain yang pernah saya coba. Saya gembira sekali ketika test rangkaian ini bisa mendengarkan suara saya seperti aslinya hehehee . . .
  6. Berdasarkan eksperimen terdahulu, bahwa tingginya semangat menggebu bisa menyebabkan IC mudah putus. Tolong ketika output RF tiba-tiba NOL jangan menyalahkan transistor Final, dia sudah sering disalahkan ketika anda eksperimen penguat linier. Cek IC LM338, beberapa merk lebih mudah putus, mati, daripada merk lainnya. Oleh karena itu ketika anda memutuskan mencoba rangkaian ini belilah LM338 minimal 3 buah. Pada rangkaian sudah saya sertakan kembali 2 dioda 1N 4002 atau yg sejenis, sebagai pengamanan ekstra bagi IC tersebut.
  7. Jika anda bereksperimen kecil-kecilan hanya penasaran saja, silahkan pakai IC tipe LM317 dengan kemampuan arus sekitar 1 Ampere. Rangkaian lainnya tetap sama sesuai skema. Murah meriah ini mah Anda pasti mampu mewujudkannya.
  8. Rangkaian yang saya tampilkan hanya untuk modulasi standar, jika menginginkan kualitas yang lain silahkan bereksperimen sendiri. Senang sekali saya bayangkan, besok ada lagi rekan yang test preamp mic setiap hari hehehe . . .
  9. Keunggulan rangkaian Modulator ini bisa langsung dipasang begitu saja pada transistor Final pemancar. Tidak perlu dihitung dulu terkait impedansi, power, tegangan, arus dan lain-lain. Cukup memperhatikan batas tegangan maksimal dan arus maksimal ketika melakukan penyetelan bias, volume modulasi, dan bias transistor Final.
  10. Rangkaian Modulator ini tidak memerlukan low pass filter atau sejenisnya agar modulasinya muncul.
  11. Prosedur penyetelan antara lain sebagai berikut :
    • Pada awal penyetelan semua trimpot termasuk trimpot bias transistor Final harus pada posisi minimum. Dalam kondisi ini sudah ada tegangan pada output modulator, dan mungkin saja sudah ada RF output dengan power kecil.
    • Aturlah trimpot volume sampai ada reaksi perubahan tegangan output setiap kali kita berbicara. Disarankan posisi / jarak mulut ke mic condenser sekitar 10 cm.
    • Cek power output dan arus pada Final jangan sampai melampaui nilai rancangan dan kemampuan IC modulator.
    • Cek power output, aturlah tegangan bias transistor Final sampai mendekati power RF sesuai rancangan.
    • Monitor suara modulasi pada receiver, aturlah level volume mic dan stel trimpot tegangan bias modulator sampai diperoleh hasil terbaik.
    • Hasil eksperimen menunjukkan bahwa posisi mulut yang menempel atau terlalu dekat ke mic memberikan dinamika naik turun tegangan modulasi yang besar, tetapi kualitas suara modulasi pecah dan kurang baik.
    • Apabila kendali volume mic dirasakan masih kurang, Anda bisa merubah nilai resistor sesudah trimpot volume yang semula sebesar 1K ohm diganti nilai yang lebih kecil terakhir saya coba pakai 47 ohm. Apabila penguatan mic masih dirasa kurang maka Anda bisa juga merubah resistor 220K menjadi 470K semoga bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar di atas adalah set up saya untuk eksperimen ini yang terdiri dari oscillator Si5351, dan penguat linier 3 tingkat dengan output power sekitar 10 Watt menggunakan transistor 2N3904, 2N2219A, dan IRF510.

Jelas terlihat hubungan RFC pada drain IRF510 diputus untuk dihubungkan ke kabel output rangkaian Modulator.

Silahkan disediakan beberapa LM338 untuk bekal eksperimen. Ada merk yg berbeda dan harga berbeda, semoga Anda beruntung tidak ada yang mati atau putus dalam eksperimen.

Apabila Anda ingin meningkatkan kapasitas arus Modulator misalnya menjadi 10 Ampere, disarankan mengganti IC dengan yang sejenis misalnya LT1038 atau LM396 (maksimal tegangan 15 V). Untuk arus 7,5 Ampere mungkin bisa menggunakan LT1083. Silahkan cek dulu datasheet masing-masing apakah rangkaian internalnya serupa dengan LM338 atau tidak. Produk LT (Linear Technology) sebagian mengharuskan pemasangan kapasitor besar pada output yang bisa mempengaruhi kualitas audio modulasi. Silahkan ide tersebut di-experimenkan sendiri karena saya belum pernah mencobanya. Eksperimen dengan IC Linear Technology ini masih dalam rencana dan IC-nya masih dalam perjalanan.

Sayapun belum mencoba penggunaan transistor tambahan untuk memperbesar kemampuan arus seperti pada rangkaian power supply sehingga saya tidak menyarankannya. Silahkan dibuat eksperimen dan dimonitor hasilnya pada pesawat radio penerima, karena sesuai eksperimen bahwa adanya indikasi naik turunnya tegangan atau arus sesuai irama modulasi BELUM TENTU ada suara audionya di radio receiver. Silahkan dicoba hehehe . . .

Cek video Reel hasil test :

https://www.facebook.com/reel/1475356023233956?sfnsn=wiwspmo&mibextid=6AJuK9

UPDATE :

Hasil oprek beberapa saat ternyata ada kondisi dimana modulasi terasa tidak stabil dan ada suara berkilas-kilasan di latar belakang. Untuk menghilangkannya ditambahkan kapasitor 1 nF (1000 pF) dari kaki ADJ LM338 ke ground (menghubungkan kolektor dan emitor transistor 2N3904). Hasilnya modulasi terdengar lebih baik dan Anda tidak akan ragu lagi menaikkan tegangan bias mosfet Final sedikit, dan lihatlah arus drain bertambah demikian pula power output. Berhati-hatilah jangan sampai melampaui batas tegangan, arus dan power sesuai yang sudah dirancang semula.

UPDATE :

Eksperimen lanjutan menunjukkan bahwa pada rangkaian hanya dibutuhkan satu dioda untuk proteksi yaitu yang menghubungkan terminal output ke terminal input LM338. Dioda yang semula dipasang dari terminal ADJ ke terminal output LM338 dapat dihilangkan. Dengan modifikasi ini suara berkilasan dan ketidakstabilan modulasi menghilang dan didapatkan modulasi yang natural dan mantap.

Silahkan dikombinasikan antara penyetelan volume mic, penyetelan trimpot bias, dan pengaturan bias mosfet Final untuk mendapatkan hasil terbaik dengan power dan arus yang tetap dijaga sesuai disain yang optimal.

Apabila Anda ingin membuat sendiri PCB-nya ukuran 86,4 x 58,4 mm seperti yang sudah saya buat, silahkan menggunakan pola PCB sesuai file berikut :

Gambar lay out komponennya sebagai berikut :

REKOMENDASI :

Jika Anda sampai sekarang belum berhasil membuat rangkaian Modulator AM, buatlah rangkaian JAWARA ini. Cobalah dengan menggunakan LM317 dan 2 transistor yang ada di laci ngoprek Anda. Kalau tidak ada trimpot 1 M ohm pakai saja resistor 47K, 100K, atau sekitar itu.

Hasilnya tidak akan mengecewakan Anda selama batas-batas tegangan dan arus tidak dilampaui.

Selamat mencoba, semoga sukses.

BRIX-40

Beberapa waktu yang lalu ketika saya mulai mempelajari tentang penguat linier mosfet saya sempat membaca artikel-artikel terkait antara lain dari LU8JB dan LU1AGP. Salah satu artikel tentang transceiver bidirectional dari LU1AGP bernama “El Lagunero” cukup menarik dan sempat saya coba. Sebagian berhasil dan sebagian lagi tidak berhasil, sehingga keinginan untuk mencobanya sampai berhasil masih ada dalam pikiran saya.
Exciter BITX Spectra 40 dari OM Yoke Kurnia (YB3LVX) juga mendapat perhatian saya karena dengan settingannya bisa mendapatkan oscillator yang stabil untuk komunikasi khususnya pada mode SSB di band 40 meter. Oscillator yang sejenis sempat saya coba pada penerima dengan NE602 dan hasilnya sama baiknya.
Kali ini saya mencoba menggabungkan keduanya menjadi sebuah exciter pada band 40 meter yang bersifat bidirectional, dengan dasar rangkaian berupa transistor bipolar NPN dan PNP seperti pada buku “Experimental Methods in RF Design” dan “El Lagunero”. Oscillator menggunakan VXO dengan ceramic resonator 4.0 MHz dan filter kristal berupa rangkaian half lattice filter sebanyak 2 set dengan 8 buah kristal 11.0 MHz. Diharapkan rangkaian ini akan menjangkau frekuensi antara 6.950 MHz sampai dengan 7.100 MHz.

Penguat audio menggunakan TDA2003 sehingga cukup memadai untuk mendorong loudspeaker 4 inch.  Rangkaian dilengkapi dengan filter high cut sekitar 2.4 kHz sehingga tidak ada suara desis yang mengganggu.

Sesudah rangkaian digambar dan diuji coba maka didapat skema sebagai berikut :

Silahkan klik untuk gambar skema lebih detail :

BRIX-40 by YD1HXJ

Setelah disolder hasilnya sebagai berikut :

Dicoba untuk RX dan TX belum disambungkan ke penguat linier hasilnya sebagai berikut :

PCB double sided yang sudah saya coba penampakannya sebagai berikut :

Bagi anda yang ingin mencoba membuat sendiri dengan mencetak PCB single sided dapat menggunakan file di bawah ini, dengan ukuran PCB 185,5 mm x 84 mm :

Brix-40-V2-Single Layer_OK

Brix-40-V2-Single Layer_OK_Top Side

Kedua file di atas merupakan PCB eksperimen dimana beberapa komponen masih mengalami perubahan demikian pula terdapat jumper di beberapa tempat untuk mencapai hasil final.  Untuk itu dalam proses perakitan hendaknya anda selalu cross check dengan skema di atas.

HASIL EKSPERIMEN :

Beberapa hal yang menjadi catatan saya setelah merakit rangkaian ini antara lain sebagai berikut :

  1. Rangkaian RF preamplifier berfungsi dengan baik, bisa membesarkan dan mengecilkan penerimaan dengan mekanisme tuning menggunakan potensiometer. Untuk mempertajam dan fokus pada frekuensi favorit kita bisa distel pada trafo RF dengan memutar inti feritnya.
  2. Volume penerimaan pada awalnya terlalu besar meskipun putaran potensio masih kurang dari 25 %. Oleh karena itu penguatan dikecilkan dengan menyisipkan resistor 100 ohm pada emitor transistor PNP sebelum filter kristal.
  3. Penerimaan dapat dipengaruhi penyetelam kapsitor trimmer pada trafo balance modulator, dimana kualitas penerimaan relatif meningkat ketika resonansi LC mendekati frekuensi IF yang digunakan. Namun demikian pengaruh penyetelan ini lebih besar dirasakan dalam posisi TX, dimana pada posisi yang tepat diperoleh sinyal RF output yang lebih besar. Oleh karena itu disarankan penyetelan posisi kapasitor trimmer dilakukan pada posisi TX.
  4. Sewaktu-waktu dapat terjadi osilasi pada posisi RX dengan gejala bunyi “tuuuuuuutt” yang keras pada speaker. Kondisi ini bisa dinetralkan dengan menyentuh sesaat kapasitor trimmer. Kemungkinan osilasi bisa dihindari dengan menggeser sedikit posisi kapasitor trimmer.
  5. Rangkaian penggerak indikator menggunakan audio derived S-meter yang dapat dirubah kecepatan pergerakannya dengan memperbesar nilai trimpot dan atau kapasitor paralel yang ada.
  6. Secara umum rangkaian BRIX-40 ini oscillatornya relatif stabil, jika ada pergeseran mudah dikoreksi baik melalui varco maupun potensio fine tuning. Audionya tidak banyak suara desis dan terfokus pada frekuensi audio suara ngobrol-ngobrol saja. Jika anda ingin mendengarkan lebih banyak nada rendah maka anda bisa memperbesar nilai kondensator pada output TDA2003 menjadi 1000 uF – 2200 uF.

Selamat mencoba.

UPDATE :

Disebabkan adanya kendala operasional, rangkaian Brix-40 ini belum diuji coba sampai dapat memancar dengan sempurna. Beberapa kemungkinan yang perlu dipersiapkan adalah level modulasi yang kurang besar karena hanya menggunakan satu transistor, dan level output RF yang agak rendah disebabkan penggunaan kristal filter sebanyak 2 set membuat redamannya lebih tinggi.

Apabila terdapat kendala ada delay waktu peralihan TX ke RX dan sebaliknya, agar dicek sebaiknya kondensator elko pada supply baik +12V maupun +8V dikurangi sampai seminimal mungkin.

Z

Penguat Linier MRF300AN

Membuat rangkaian Penguat Linier RF terutama pada band 40 meter sudah beberapa kali saya kerjakan, biasanya dengan rangkaian final menggunakan Mosfet. Beberapa mosfet switching seperti IRF510, IRF610, IRFP240, dan IRFP250N sudah biasa kita gunakan sebagai bahan eksperimen. Akhir-akhir ini saya sempat juga mencoba menggunakan mosfet RF seperti RD16HHF1 dan RD100HHF1 tetapi tidak menimbulkan kesan yang mendalam, bahkan akhirnya saya memilih untuk kembali menggunakan mosfet switching yang lebih familier bagi saya dan lebih murah harganya.

Beberapa bulan yang lalu saya sempat melihat sebuah video tentang penguat linier pemenang lomba disain yang diselenggarakan oleh NXP, dimana komponen utamanya adalah mosfet MRF300AN dan MRF300BN yang dirangkai sebagai penguat push pull. Kemudian saya mencari data sheet dan hal-hal lain yang berhubungan sampai kemudian ada pula dokumentasi tentang Development Circuit untuk mosfet ini yang dibuat untuk band frekuensi tertentu. Konsultasi via email dengan amatir radio yang pernah membuat penguat linier dengan mosfet ini juga pernah dilaksanakan, yang akhirnya membawa saya pada suatu kesimpulan sementara sebagai berikut :

1. Mosfet MRF300AN dan MRF300BN adalah mosfet yang dirancang untuk penguat RF baik HF maupun VHF
2. Mosfet ini cukup bandel menghadapi SWR tinggi, tetapi sangat rawan terhadap level input
3. Diperlukan power supply sekitar 50 Volt agar mosfet bekerja dengan baik
4. Dibutuhkan pendinginan yang baik agar mosfet tahan lama
5. Impedansi input dan output pada prinsipnya sama dengan disain penguat RF menggunakan mosfet switching.

Kebetulan saya punya power supply switching 56 Volt / 6 Ampere dari OM David Umboh maka setelah mengamati beberapa rangkaian pada Development Circuit kita mencoba menyusun skema eksperimen penguat linier sebagai berikut :

Rangkaian disolder pada PCB yang dibuat menggunakan pisau cutter dengan hasil sebagai berikut :

Susunan lengkap rangkaian berikut power supply adalah sebagai berikut :

HASIL EKSPERIMEN :

  1. Pengecekan awal setelah semua terpasang adalah fungsi saklar, PTT / Remote, dan tegangan.  Tegangan ke power supply sudah OK, tegangan output power supply +56V sudah OK, tegangan ke kipas pendingin +24V sudah OK dan kipas sudah berfungsi, kemudian tegangan bias +5V sudah OK.  Kontrol PTT / Remote sudah berfungsi, kita lanjutkan.
  2. Pengaturan tegangan bias mosfet dilaksanakan tanpa RF pada input.  Dengan hati-hati trimpot bias diputar perlahan-lahan sambil mengukur tegangan bias tetapi tidak ada tanda-tanda arus drain mengalir walaupun tegangan bias sudah 3 Volt.  Padahal sesuai datasheet bahwa tegangan bias pada gate antara 1,7 Volt sampai dengan 2,7 Volt ada apakah gerangan yang salah ?  Setelah cek ulang semua tegangan dan alat ukur serta trimpot berfungsi dengan baik, maka rangkaian bias dirubah. Yang semula pada kaki-kaki pinggir trimpot ada tambahan resistor 2k7 saya bypass tanpa resistor.  Selanjutnya bias distel ulang ternyata gate mulai membuka pada tegangan 3,7 Volt.  Arus drain yang stabil pada 50 mA dengan tegangan bias 4,0 Volt.  Setting terakhir dengan power 120 watt adalah tegangan bias 4,48 Volt dan arus drain sekitar 500 mA.  Padahal keterangan yang saya baca pada Development Circuit dan rangkaian penguat linier sebelumnya adalah bahwa arus idle pada drain diatur sekitar 100 – 150 mA bisa menjadi warning untuk berhati-hati.  Sebaiknya besok tegangan bias kita kecilkan dulu hehehe . . .
  3. Eksperimen memberi masukan RF pada input penguat linier saya gunakan oscillator DDS AD9850 dimasukkan ke penguat linier, dengan output terukur pada 50 ohm sebesar 2,4 watt.  Selanjutnya ada attenuator -2dB dan attenuator -2dB lagi yang menjadi satu dengan input penguat linier.  Setelah dicoba-coba maka bisa menghasilkan output 120 Watt pada 40m Band dengan kondisi mosfet hangat saja, menarik arus drain sekitar 2,9 Ampere.  Jadi bisa disimpulkan bahwa rangkaian eksperimen sesuai skema di atas bisa dipergunakan.
  4. Upaya mencoba input dengan berbagai frekuensi berhasil dilaksanakan dari frekuensi 3 MHz sampai dengan 15 MHz, sedangkan pada frekuensi 28 MHz tidak berhasil.  Hal ini diduga disebabkan keterbatasan oscillator DDS yang level outputnya semakin rendah seiring dengan meningkatnya frekuensi.  Kendala lain adalah rangkaian Low Pass Filter yang dipasang belum optimal sehingga frekuensi cutt off belum sesuai dengan yang diinginkan.  Eksperimen selanjutnya perlu dicoba menggunakan oscillator Si5351 dan menggunakan rangkaian LPF yang sesuai.
  5. Kerawanan mosfet ini terhadap sinyal input yg besar harus mendapat perhatian khusus mengingat mosfet ini harganya lumayan mahal dan jika rusak tidak bisa melakukan ulangan eksperimen berkali-kali seperti yang kita alami ketika menggunakan mosfet switching.  Saya sudah melengkapi rangkaian dengan beberapa attenuator yang dipersiapkan untuk input 1 watt, 5 watt dan 10 watt, tetapi pada kenyataannya dalam eksperimen seringkali kita lupa memindahkan posisi saklar attenuator sehingga tanpa disengaja penguat linier ini kita beri input yang levelnya tinggi.  Gejala level input terlalu tinggi adalah sebagai berikut :  ketika saklar PTT / Remote kita tekan, power output ada delay sekitar 1 – 2 detik barulah muncul bisa terukur.  Jika ada gejala ini segera off-kan PTT.  Bolehlah dicoba sekali lagi untuk menegaskan bahwa gejala tersebut benar adanya, tetapi jangan sampai diulangi ketiga kalinya.  Segera cek level sinyal input dan kecilkan sampai level aman, barulah dilanjutkan eksperimennya.  Jika kita terlambat mengenali gejala tersebut maka yang akan terjadi selanjutnya adalah power output NOL dan terminal gate mosfet short dengan drain.  Jika tidak percaya silahkan anda buktikan sendiri, supaya yakin boleh diulangi 2 kali atau 3 kali.  Saya cukup mengalaminya sekali saja hehehe . . .
  6. Pengecekan pada data sheet menunjukkan bahwa MRF300AN mempunyai Vgs sebesar -6V – 10V atau untuk amannya sekitar +/- 6 Volt saja.  Bandingkan dengan IRFP250N yang memiliki Vgs sebesar +/- 20 V.  Untuk mencegah terjadinya level signal input yang terlalu tinggi maka pemasangan attenuator saja ternyata tidak cukup.  Tampaknya bisa dipasang rangkaian limiter pada input sehingga tegangannya tidak melampaui +/- 6 Volt.  Saya mencoba memasang dioda zener 5V6 back to back pada input penguat linier, masih kita tunggu hasilnya pada eksperimen selanjutnya.

Selamat mencoba.

Z

Membuat PCB dengan Photoresist Dry Film

Kegiatan membuat PCB menggunakan metode toner transfer telah saya lakukan cukup lama, dengan hasil yang menurut saya cukup baik dan rapi. Sampai suatu ketika printer laser saya mengalami kerusakan maka sampailah saya pada keputusan untuk kembali ke tahap merakit menggunakan PCB bolong-bolong dan membuat PCB menggunakan garit cutter.
Dalam pada itu saya pun mencari-cari cara lain untuk membuat PCB yang membawa saya untuk mempelajari metode pembuatan PCB menggunakan photoresist dry film. Sambil mempelajarinya saya pun mengingat-ingat trauma masa lalu dimana saya tidak pernah berhasil ketika mencoba membuat pola cetakan sablon pada screen dengan menggunakan klise dan cahaya, jangan-jangan akan terulang kembali ketika membuat PCB ini.
Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, coba lagi dan gagal lagi, akhirnya sampailah pada hasil yang cukup baik menurut saya, sehingga akan saya share pengalaman tersebut disini.

A. Pendahuluan

B. Bahan dan Alat

Sebelum kita membahas tentang bahan-bahan dan alat-alat yang dipergunakan kiranya saya perlu menyampaikan bahwa penggunaan kamar gelap dalam beberapa proses pencetakan PCB dengan metode ini merupakan suatu keharusan, tidak bisa ditawar lagi.  Oleh karena itu sebelum melangkah lebih jauh silahkan berkeliling ke semua bagian rumah Anda dan coba dilihat-lihat di sebelah mana yang bisa digunakan sebagai kamar gelap.  Yang dimaksud dengan kamar gelap disini adalah suatu ruangan, atau bagian ruangan, dimana kita bisa mengerjakan sesuatu tanpa adanya cahaya yang masuk dari luar.  Di rumah saya kamar gelap ini saya deklarasikan ada di kamar mandi, dimana kamar mandi ini tidak mempunyai jendela dan lubang angin, sehingga ketika pintunya ditutup maka di dalamnya benar-benar gelap gulita tidak ada sinar yang masuk.  Mungkin saja kita menemukan kecocokan di gudang, dapur, garasi, dan sebagainya.

Sebagai alternatif kita bisa mengerjakan pencetakan PCB ini di malam hari, dengan semua lampu di ruangan dimatikan sehingga kondisi ruangan gelap gulita.  Penerangan hanya menggunakan sebuah lampu warna kuning yang kita siapkan untuk keperluan ini. Silahkan dipikirkan bagaimana caranya yang terbaik di tempat Anda.

Setelah kamar gelap ditemukan barulah kita membahas apa saja yang diperlukan sebagai berikut :

Bahan-bahan yang digunakan :

  • Lembaran dry film photoresist, bisa dibeli online per ukuran tertentu.  Ada yang sesuai kelipatan 10 x 15 cm, ada yang ukuran 30 cm x 100 cm, ada yang ukuran 30 cm x 500 cm dan sebagainya.  Umumnya dikirimkan berupa gulungan yang dibungkus plastik hitam.
  • Natrium karbonat – Na2CO3 (soda abu, soda ash, bukan soda kue atau baking soda)
  • Natrium hidroksida – NaOH(soda api)
  • Gambar pola PCB yang akan dicetak
  • Plastik transparansi khusus untuk printer inkjet

Dry film photoresist dalam kemasan pelindungnya dan lembaran plastik transparansi untuk printer inkjet

 

Keterangan pada transparansi bahwa untuk pencetakan pada sisi sebaliknya

 

Natrium karbonat berbentuk bubuk halus dan Natrium hidroksida berbentuk serpihan kasar.

 

Alat-alat  :

  • Kaca bening tebal 4 mm atau 5 mm, ukurannya lebih besar dari PCB yang akan dicetak, jumlah 2 buah
  • Jepitan kertas / jepitan buku ukuran sedang
  • Printer inkjet
  • Lampu / dop kecil  5 watt warna kuning
  • Gunting dan atau cutter
  • Selotip
  • Sikat gigi bekas
  • Sendok kecil (sendok teh)
  • Wadah plastik / non logam ukurannya lebih besar dari PCB
  • Hair dryer / setrika / laminator
  • Spidol permanen ukuran Medium dan Fine
  • Penggaris metal

Kaca tebal dan jepitan kertas / jepitan buku

 

Lampu kuning dan lampu UV (lampu UVC untuk disinfeksi dan lampu UVA+B untuk reptil).

 

C. Cara Pembuatan PCB

1. Pembuatan klise

  • Klise merupakan gambar pada plastik transparan yang akan ditempelkan pada permukaan PCB polos yang sudah dilapisi dry film, yang kemudian akan disorot dengan sinar ultra violet sehingga akan menghasilkan reaksi efek gambar.
  • Siapkan gambar disain PCB misalnya pada aplikasi ExpressPCB.  Cetak gambar untuk menghasilkan file pdf (“print to pdf”) dan simpan file tersebut. Catatlah ukuran PCB berapa panjang dan berapa lebarnya dari gambar disain tersebut.
  • Gambar output dari ExpressPCB sudah merupakan gambar yang terbalik, sehingga tidak perlu dibalik lagi.
  • Konversi file pdf menjadi file bmp, silahkan search “convert pdf to bmp”.  Setelah muncul hasilnya pilihlah program yang sesuai, saya menggunakan convertio.co karena prosesnya cepat dan mudah, dilakukan secara online, dan hasilnya beresolusi tinggi.
  • Buka tautan convertio.co, pilih file pdf yang akan dikonversi yaitu file pola pcb di atas, klik “convert”, setelah selesai proses hasilnya di download, dan simpan file bmp untuk proses selanjutnya.
  • Buka file bmp dengan menggunakan “Paint”, select gambar sesuai batas-batas tepinya dan pilih “crop” sehingga gambar tampil apa adanya tanpa margin.  Save gambar tersebut.
  • Select gambar sesuai batas-batas tepinya, klik kanan pada mouse, pilih “invert color”.  Simpan hasilnya untuk bahan gambar klise.  Perhatikan bahwa sekarang gambar pola PCB sudah menjadi gambar negatif dimana gambar garis dan tulisan yang semula berwarna hitam sudah berubah menjadi berwarna putih, dan sebaliknya bidang yang semula berwarna putih sudah berubah menjadi berwarna hitam.
  • Buka program Word, buat dokumen kosong, dan import gambar klise bmp di atas.  Aturlah posisi dan ukuran gambar agar sesuai dengan rencana ukuran PCB yang akan dicetak.  Jika gambar berukuran kecil maka dalam 1 lembar dokumen bisa dimuat 2 gambar.  Kita memerlukan 2 buah gambar yang identik untuk pembuatan satu klise.  Simpan file dokumen klise tersebut.
  • Cobalah cetak dokumen klise pada kertas biasa dan cek ukuran gambar apakah sudah sesuai dengan rencana ukuran PCB.  Jika belum sesuai maka lakukan pengaturan prosentase pada setting pencetakan printer, dicoba print kembali di kertas sampai ukurannya pas.  Jika sudah pas maka kita siapkan plastik transparansi khusus untuk printer inkjet.
  • Cek plastik transparansi, biasanya ada tulisan yang menjadi petunjuk permukaan / sisi sebelah mana untuk mencetak.  Biasanya sisi untuk mencetak jika diraba agak kasar sedangkan sisi yang bukan untuk mencetak lebih halus mengkilap.  Cetaklah dokumen gambar klise pada plastik transparansi, jumlahnya 2 buah gambar.
  • Setelah gambar klise dicetak dengan baik dan benar, potonglah gambar sesuai batas-batas tepinya menggunakan gunting atau cutter.  Selanjutnya 2 gambar yang identik ditumpuk menjadi satu, dengan hasil akhir menjadi satu gambar yang jelas tidak ada bagian yang kurang pas.  Selanjutnya tempelkan selotip pada beberapa tepi gambar klise sehingga tidak akan bergeser lagi.
  • Perhatikan gambar klise yang sudah jadi tersebut, bagian yang permukaannya kasar dan ada tinta/gambarnya yang akan ditempelkan ke permukaan film/PCB.
  • Amankan gambar klise jangan sampai kotor ataupun rusak.

Search “convert pdf to bmp”

 

Contoh klise yang sudah ditumpuk 2 buah dan diamankan dengan selotip di bagian tepinya

 

2. Persiapan papan PCB polos sampai siap cetak

  • Siapkan PCB polos, potong sesuai ukuran PCB yang akan dibuat, dan bersihkan dari oksida, minyak/lemak dan kotoran.  Saya mencuci PCB polos tersebut dengan sabun cuci piring sambil digosok menggunakan sabut alumunium sampai semua permukaannya bersih dan mengkilap secara merata.  Selanjutnya PCB dikeringkan.
  • Proses selanjutnya dikerjakan dalam kamar gelap.
  • Siapkan PCB polos, dry film, cutter dan gunting, selotip, penggaris metal dan hair dryer serta lampu kuning.  Tutup rapat kamar gelap, dan nyalakan lampu kuning sebagai penerangan selama kita bekerja.
  • Ambil dry film, keluarkan dari kemasan pembungkusnya, carilah ujungnya sehingga bisa dibentangkan dari gulungannya.  Potonglah lembaran dry film tersebut menggunakan cutter atau gunting, dengan ukuran sama persis dengan ukuran PCB yang akan dicetak.  Sebaiknya siapkan potongan dry film tersebut beberapa buah, untuk mengantisipasi adanya kegagalan dalam proses pembuatan PCB sehingga harus diulangi.  Simpanlah potongan dry film cadangan  sehingga aman dari paparan cahaya.  Simpan kembali gulungan dry film terbungkus dalam kemasannya yang kedap cahaya.
  • Ambil satu lembar dry film yang sudah dipotong.  Kita harus mengupas lapisan plastik pelindungnya agar dry film bisa ditempelkan ke lapisan tembaga pada PCB polos, caranya dengan bantuan selotip.  Siapkan selotip 2 potong, masing-masing panjangnya sekitar 3 cm.  Ambil sepotong selotip dan tempelkan 3/4 bagian di salah satu sudut lembaran dry film.  Tekanlah sehingga menempel rapat.
  • Ambil lagi sepotong selotip yang sudah disiapkan tadi, tempelkan pada sudut dan posisi yang sama dengan potongan selotip pertama tadi, hanya saja posisinya di sisi lain dari lembaran dry film.
  • Dengan menggunakan ujung ibu jari dan telunjuk tangan kiri, peganglah ujung selotip sisi kiri, dan dengan ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan peganglah ujung selotip sisi kanan.  Kemudian tariklah kedua ujung selotip perlahan-lahan secara bersama-sama.  Jika beruntung maka akan tampak ada lapisan plastik tipis yang terkelupas dari lembaran dry film, teruskanlah secara hati-hati sampai diperoleh ukuran sekitar 3 – 5 cm, stop berhenti dulu.  Hati-hati diusahakan kita tidak menyentuh bagian yang lapisan plastiknya sudah terbuka.
  • Apabila kurang beruntung maka salah satu selotip akan terus membuka atau lepas dari dry film, tanpa ada lapisan dry film yang terkelupas.  Apabila hal ini terjadi sebaiknya selotip kita buka, dan proses diulangi pada sudut lain lembaran dry film, dan/atau dengan arah penempelan selotip yang berbeda.  Ada kemungkinan juga bahwa lapisan plastik tipis bisa mengelupas, tetapi kemudian ada bagian yang melengket tidak mau mengelupas sehingga seolah-olah ada lapisan yang sobek.  Jika terjadi seperti itu segera hentikan, kembalikan lapisan yang terkelupas seperti semula, lepaskan selotip jika bisa,  pindah dan ulangi proses yang sama di sudut yang lain.  Kerjakan sampai berhasil, lapisan tipis terkelupas sempurna sampai sepanjang 3 – 5 cm.
  • Perhatikan lembaran dry film sebagian sudah terkelupas, ada lembaran yang lebih tipis dan transparan serta ada lembaran yang sedikit lebih gelap warnanya dan terkesan lebih tebal.  Lapisan yang tipis dan transparan inilah yang akan dibuka dan dibuang, sedangkan lapisan yang lebih gelap yang akan ditempelkan ke permukaan tembaga PCB polos.
  • Letakkan PCB polos pada posisi yang bagus dan leluasa, lapisan tembaga menghadap ke atas.
  • Peganglah dry film secara hati-hati, lapisan yang gelap di sebelah atas dan lapisan tipis yang akan dibuka berada di sebelah bawah.  Atur posisinya dan paskan dengan PCB polos di salah satu sudutnya, tempelkan dry film ke lapisan tembaga, setelah posisi film pas dan sejajar dengan tepi PCB maka film bisa ditekan menggunakan ujung jari secara lembut.  Ratakan tekanan sampai bagian film yang sudah terkupas menempel pada lapisan tembaga secara sempurna, merata, tidak ada kerutan dan lipatan, serta tidak ada gelembung udara.  Selanjutnya perlahan-lahan lapisan yang akan dibuang ditarik secara hati-hati, bersamaan dengan penekanan lapisan film ke lapisan tembaga.  Demikian seterusnya sampai lapisan film menempel seluruhnya ke lapisan tembaga dan lapisan tipis yang akan dibuang terkelupas secara sempurna.  Proses ini sama persis dengan proses penempelan lapisan pelindung pada layar HP, layar komputer, maupun pada kaca mobil.  Perhatikan, dry film yang sudah menempel ini jangan ditekan-tekan secara kuat tapi sekedar menempel saja.
  • Periksalah lapisan dry film yang sudah menempel pada lapisan tembaga PCB, apakah sudah melekat rata dan sempurna ataukah masih ada kerutan atau gelembung udara.  Jika masih ada kerutan yang parah atau gelembung udara yang ukurannya besar maka sebagian film bisa diangkat secara hati-hati melewati posisi kerutan atau gelembung udara tersebut, dan dirapatkan kembali sambil ditekan halus.  Proses ini diulangi sampai tidak ada kerutan dan gelembung udara.
  • Apabila masih ada gelembung udara yang berukuran kecil maka solusinya adalah gelembung tersebut ditusuk dengan jarum sampai terasa tembus ke PCB kemudian pada posisi lubang tersebut ditekan-tekan dengan ujung jari.  Biasanya gelembung udara menghilang dan lapisan dry film pun merapat.
  • Selanjutnya PCB yang sudah terlapis dry film ini kita panaskan secara merata menggunakan hair dryer pada posisi panas, tujuannya untuk melunakkan bahan kimia pada dry film dan membuatnya menempel lebih kuat ke lapisan tembaga.  Setelah cukup panas maka bisa ditekan-tekan secara merata, bila perlu bisa diulangi beberapa kali.  Pemanasan dan penekanan ini bisa juga menggunakan seterika tetapi level panasnya perlu dikurangi.  Jika terlalu panas dan ditekan kuat maka bisa menyebabkan lapisan film menjadi berkerut, saya sempat mengalaminya.  Sebelum disetrika saya sarankan untuk diberi kertas dulu di atasnya sehingga lebih aman.  Proses pemanasan dan penekanan yang lebih baik katanya menggunakan alat laminator, silahkan digunakan bagi yang memilikinya.
  • Setelah rangkaian persiapan di atas maka PCB siap diproses lebih lanjut.  Untuk sementara bisa didiamkan dulu sampai dingin, dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak kena cahaya.

Persiapan PCB, dry film, klise, selotip dan gunting di kamar gelap.  Kegiatan diterangi dengan lampu kuning

 

Tempelkan selotip di salah satu sudut film

 

Tempelkan selotip kedua di sudut yang sama, arah sama, sisi sebelahnya

 

Posisi kedua selotip seperti ini

 

Tarik selotip pelan-pelan maka lapisan platik tipis akan terkelupas.  Plastik yang transparan akan dibuang.

 

Tempelkan film di lapisan tembaga PCB, diatur agar lurus dan sejajar

 

Dry film dipasang ke lapisan tembaga sampai selesai, plastik yg terkelupas dibuang.  Ratakan film dan buang gelembung udara.

 

Panaskan dengan hair dryer dan tekan-tekan merata.  Gelembung udara ditusuk dan ditekan sampai film rata kembali.

 

Siapkan klise sambil menunggu PCB dingin, beri selotip di beberapa tempat.

 

Pasang klise dan kuatkan dengan selotip.

 

Simpan di tempat terlindung dari cahaya.

 

3. Penyinaran

  • Semua proses persiapan dilakukan dalam kamar gelap.
  • Siapkan PCB berlapis dry film, ambil klise, dan tempelkan klise ke lapisan dry film pada PCB.  Bagian klise yang kasar, ada tinta gambar jalur PCB-nya, menempel ke lapisan dry film pada PCB.  Setelah posisinya pas tempelkan di beberapa sisi dengan selotip sehingga posisinya tidak akan berubah atau bergeser.
  • Ambil 2 lembar kaca tebal, letakkan satu lembar kaca di bagian bawah, letakkan PCB dengan klise pada kaca tersebut di bagian tengah, kemudian di atasnya diletakkan satu lembar kaca lagi ( PCB dijepit di tengah, di antara 2 kaca).  Pasang penjepit kertas/buku di ke-empat sisi kaca sehingga posisi PCB dan klises benar-benar terjepit rapat di antara 2 kaca dan tidak bisa bergeser.  Dalam kondisi ini maka sudah bisa dibawa keluar dari kamar gelap.
  • Letakkan kaca dengan PCB dan klise tersebut di tempat terang yang kena sinar matahari tidak langsung.  Praktek saya dikerjakan di dalam ruangan yaitu di ruang makan, sinar matahari kondisi mendung masuk melalui jendela kaca yang tertutup.  Tentunya bagian yang kena sinar adalah yang ada klisenya, saya diamkan selama sekitar 10 menit.  Kelihatan warna biru pada lapisan film berubah menjadi agak lebih gelap.  Setelah 10 menit posisinya saya rubah, tetapi tetap bagian yang kena sinar adalah yang ada klisenya.  Setelah 10 menit maka saya angkat dan pindahkan ke tempat lain yang tidak kena sinar matahari kemudian saya diamkan dulu sekitar 15 menit sambil saya menyiapkan larutan untuk afdruk.

 

IMG_20230120_140132

Dry film yang belum terkena sinar matahari (atas) dan yang sudah kena sinar matahari tidak langsung selama beberapa menit (bawah)

 

4. Pencucian / afdruk

  • Proses pencucian atau afdruk bertujuan untuk menghilangkan zat kimia pada dry film yang tidak kena cahaya dengan menggunakan larutan Natrium karbonat (Na2CO3).  Dosis yang cocok menurut eksperimen saya adalah untuk setiap 2 gelas air dicampur dengan sepucuk sendok teh serbuk Natrium karbonat.  Gelas yang digunakan untuk takaran adalah gelas minum biasa atau sering disebut gelas belimbing.
  • Siapkan wadah plastik dengan ukuran yang cukup untuk merendam PCB yang sudah disinari.  Masukkan air secukupnya, campurkan serbuk Natrium karbonat sesuai rumus kemudian diaduk sampai larut.  Siapkan sikat gigi bekas.
  • Bawalah perangkat untuk afdruk ke kamar gelap, bawa juga kaca beserta PCB yang sudah disinari.
  • Tutuplah kamar gelap dan nyalakan lampu kuning.
  • Bukalah penjepit kaca, buka dan sisihkan 2 buah kaca penjepit, ambil PCB dan klise yang terpasang padanya.
  • Bukalah selotip dan lepaskan klise dari PCB.
  • Ambil sepotong selotip sepanjang sekitar 3 – 5 cm, tempelkan di salah satu sudut dry film dan tekan agak kuat supaya rapat.  Selanjutnya secara hati-hati tariklah selotip itu maka akan terangkat lapisan plastik tipis penutup dry film, terus ditarik sampai lapisan tersebut terlepas seluruhnya dan disisihkan.
  • Celupkan dan rendam PCB pada larutan afdruk, sisi yang ada lapisan dry film di sebelah atas.  Goyang-goyangkan PCB di dalam larutan afdruk dan setelah kurang lebih 1 menit mulailah menggosok-gosok seluruh permukaan PCB secara halus menggunakan ujung jari.  Gosok-gosokkan ujung jari ke semua arah jalur PCB secara horizontal dan vertikal, merata di seluruh permukaan PCB.  Kerjakanlah ke satu arah, kemudian kebalikannya.  Selama menggosok tersebut akan terasa bagian dry film yang tidak kena cahaya menjadi lunak dan larut sehingga kontur jalur-jalur pada PCB semakin terasa di ujung jari-jari tangan kita.  Selanjutnya PCB bisa diangkat dari larutan afdruk dan disiram menggunakan air biasa sambil digosok-gosok secara lembut dan disiram lagi sampai tidak terasa licin di semua permukaannya.  Kemudian bisa dicelupkan lagi ke larutan afdruk, digosok-gosok lagi dan bisa diulangi proses tersebut sampai 3 kali atau lebih.  Sekali-kali bisa juga digosok satu arah secara hati-hati menggunakan sikat gigi bekas, merata di seluruh permukaan PCB dan diulangi digosok secara hati-hati satu arah ke arah yang berlawanan.  Setelah dirasa cukup maka bisa dibilas terakhir dengan air biasa sampai seluruh permukaan PCB tidak terasa licin.
  • Selesai proses afdruk PCB bisa dikeringkan dan diperiksa apakah ada jalur-jalur yang rusak, putus atau hilang selama proses afdruk.  Jika ada kerusakan maka bisa diperbaiki dan dilengkapi dengan menggunakan spidol permanen, dan didiamkan sejenak menunggu kering.  Dalam proses ini boleh diletakkan lagi di tempat yang kena sinar matahari sekaligus untuk menyempurnakan proses kimia di lapisan film-nya agar lebih kuat.

Buat larutan pencuci/afdruk, setiap 2 gelas air dicampur dengan satu pucuk sendok teh Natrium karbonat.

 

Kelupas lapisan plastik di atas film dengan bantuan selotip.

 

PCB hasil penyinaran direndam, digosok halus, disikat lembut, dibilas, diulang beberapa kali.

 

5. Etsa PCB

  • Proses terakhir yaitu etsa PCB menggunakan larutan feriklorida hasilnya mantap, aman dan terkendali seperti biasanya.  Tidak ada jalur yang rusak selama proses etsa termasuk hasil perbaikan menggunakan spidol sehingga tidak perlu dibahas lebih lanjut.
  • Untuk menghilangkan lapisan dry film yang masih menempel pada permukaan PCB, silahkan rendam pada larutan NaOH.  Dengan dosis 1 sendok makan NaOH dicampur 6 gelas air maka lapisan dry film akan rontok dalam waktu 15 – 20 menit, dimana wadah tempat merendam sambil digoyang-goyang sesekali saja.  Hati-hati larutan NaOH bersifat keras bisa menimbulkan gatal-gatal di kulit dan mati rasa pada jari jika kita mencelupkan tangan pada larutan tersebut.  Gunakanlah sarung tangan dan pelindung mata ketika kita menangani bahan-bahan kimia yang bersifat keras.

 

 

Hasil eksperimen : PCB ukuran 8,5 x 20 cm dengan skor lumayan hehehe . . .

 

D. Hal- Hal yang Perlu Diperhatikan

  • Ketika membuat desain PCB disarankan melakukan pengaturan jarak antara jalur dan pad dengan ground plane sekitar 0,7 mm atau lebih lebar.  Hal ini untuk memudahkan kita ketika melakukan afdruk dan membersihkan bahan kimia dry film yang tidak kena sinar karena sifatnya kental dan lengket.  Setelah tehnik ini dikuasai silahkan dicoba dengan jarak yang lebih rapat.
  • Penanganan dry film dalam proses pemotongan, penempelan ke PCB, pemasangan klise, dan proses pencucian / afdruk harus dilakukan dalam kamar gelap.  Jangan mengikuti tutorial yang mengerjakannya di tempat terang karena saya sudah membuktikan bahwa hal tersebut hanya merugikan saja, buang-buang waktu dan tenaga serta membuat kecewa dan putus asa.
  • Penyinaran dengan sinar matahari tidak langsung sudah cukup untuk pembuatan PCB yang jalurnya tidak terlalu rapat.  Jadi untuk eksperimen dan belajar disarankan tidak perlu membeli lampu ultra violet dulu.
  • Pada eksperimen saya walaupun gambar pola PCB sesudah proses afdruk tampak bagus dan sempurna namun sesudah proses etsa ketika diteliti dengan kaca pembesar masih tampak garis-garis rambut tembaga di antara jalur maupun dengan bidang ground termasuk di antara pad yang rapat.  Oleh karena itu disarankan untuk selalu melakukan cek detail semua jalur pada PCB untuk mencegah korslet ketika dirakit.  Pelajaran yang diperoleh adalah masih diperlukan perbaikan tehnik penyinaran serta proses afdruk agar tidak muncul jalur-jalur rambut setelah proses etsa PCB.

Selamat mencoba.

 

Z

 

Quarter Wave Loop Antenna #3

Saya melanjutkan eksperimen Quarter Wave Loop Antenna (Edginton Loop) band 40 meter dengan tujuan untuk mendapatkan suatu rangkaian yang praktis dan bisa dicoba oleh rekan Amatir Radio maupun penghobi komunikasi radio lainnya.  Terlebih dahulu saya berkonsultasi dengan pemegang paten yaitu Ben Edginton (G0CWT) via email dan setelah diberikan lampu hijau “Good luck” pada jawaban email tanggal 25 Juli 2022 maka saya melanjutkan eksperimen khususnya mencari nilai kapasitor yang pas, membuat kapasitor yang sesuai, dan juga mencoba berbagai jenis ferit curah non RF.  Sasaran utama adalah harga yang terjangkau, mudah dibuat dengan bahan-bahan yang ada di pasaran, serta memenuhi persyaratan teknis untuk digunakan dalam eksperimen antenna Quarter Wave Loop.  Setelah percobaan berkali-kali maka hasilnya dituangkan pada disain papan PCB dan dirangkai dengan hasil sebagai berikut :

QWLoop_Kit_Balun_Tuner_2

QWLoop_Kit_Balun_Tuner_Side

QWLoop_Kit_Balun_Tuner_Tegak_B

QWLoop_Kit_Balun_Tuner_Tegak

QWLoop_Kit_Bottom

Ferit yang saya pakai ukurannya lebih besar dibanding ferit dari Tiongkok yang dijual untuk level power 50 watt, cek perbandingannya sebagai berikut :

Pengetesan rangkaian  menggunakan antenna QW Loop sebagaimana yang saya pergunakan pada artikel Quarter Wave Loop #2 dengan ukuran keliling sekitar 10,2 meter, jarak diagonal di bagian tengah antenna 3,5 meter, dan tinggi balun/tuner dari tanah sekitar 1,5 meter (lihat ilustrasi pada bagian awal artikel ini) diperoleh hasil sebagai berikut :

QWLoop_InTheBox

A.  Frekuensi 6,920 MHz

QWL_6920_Grafik

QWL_6920_Data

B. Frekuensi 7,000 MHz

QWL_7000_Grafik

QWL_7000_Data

C.  Frekuensi 7,100 MHz

QWL_7100_Grafik

QWL_7100_Data

D. Frekuensi 7,200 MHz

QWL_7200_Grafik

QWL_7200_Data

E. Frekuensi 7,220 MHz

QWL_7220_Grafik

QWL_7220_Data

Hasil penandaan frekuensi test pada kotak balun/tuner dapat dilihat pada gambar berikut :

QWLoop_Skala_Freq

HASIL EKSPERIMEN :

  1. Rancangan kapasitor homebrew yang dipasang pada PCB memiliki kapasitas 25 – 27 pF dapat memberikan jangkauan tuning dari frekuensi 6,920 MHz sampai dengan 7,220 MHz sesuai hasil pengukuran pada NanoVNA.  Jangkauan frekuensi ini masih bisa digeser ke atas atau ke bawah dengan cara merubah panjang kawat antenna loop yang dipasang.  Apabila kawat antenna dipanjangkan (keliling antenna diperbesar) maka jangkauan tuning bergeser ke frekuensi yang lebih rendah dan sebaliknya.  Kapasitor homebrew yang digunakan dibuat dari pelat kuningan tebal 0,5 mm, jarak spasi antar pelat 2 mm dan dipasang dielektrik PTFE sheet di antara pelat.
  2. Pembacaan grafik SWR pada NanoVNA menunjukkan bahwa pada setiap titik tuning dapat menghasilkan SWR terendah antara 1.13 sampai 1.29, dimana nilai SWR yang rendah yaitu 1.13 dan 1.16 berada pada frekuensi 6,920 dan 7,000 MHz.  Jika dikehendaki nilai SWR rendah terletak misalnya di sekitar frekuensi 7,100 MHz maka panjang kawat antenna yang dipasang pada saat pengujian bisa diperpendek.
  3. Pengamatan terhadap tabel data yang menyertai masing-masing grafik pada NanoVNA menunjukkan bahwa bandwidth nilai SWR 1 : 1 sampai dengan 1 : 1.5 berkisar antara 27 kHz sampai 31 kHz dengan rata-rata sebesar 30 kHz.
  4. Belum sempat dilaksanakan pengetesan antenna Quarter Wave Loop beserta rangkaian balun/tuner yang telah dirakit di atas menggunakan sinyal RF dengan power besar sekitar 30 watt melalui pembacaan SWR/Power meter.  Namun demikian berdasarkan pengalaman eksperimen sebelumnya akan terjadi pergeseran titik frekuensi  demikian pula lebar bandwidth-nya, tidak sama persis dengan hasil pengukuran NanoVNA.  Kita menunggu kesempatan testing berikutnya . . . . .

UPDATE :

Akhirnya kesempatan untuk test dengan power besar telah tiba, saya siapkan VFO digital saya yang diperkuat dengan modul RF Amp 3 watt versi Tiongkok disambungkan ke Linier Amplifier dengan power sekitar 40 – 50 watt yang biasa saya pergunakan untuk radio BITX.  Kondisi saat test cuaca habis hujan semalam sehingga antenna kondisi sedikit basah, lingkungan sekitar terasa lembab dan masih redup berawan.  Hasil pengecekan antenna dengan Nano VNA ternyata ada sedikit pergeseran frekuensi disertai nilai SWR yang agak tinggi, oleh karena itu metode pengecekan dimulai dengan menentukan titik tuning, test dengan NanoVNA, kemudian test dengan power besar melalui pembacaan pada SWR/Power Meter digital Nissei RS-70.

Hasil test sebagaimana pada gambar tabel berikut ini :

Berdasarkan data pada tabel tersebut ada beberapa hal yang bisa disimpulkan antara lain sebagai berikut :

  1. Frekuensi dengan SWR terendah yang diperoleh dengan power besar pada SWR/Power meter lebih rendah dari pada hasil pengetesan NanoVNA, dengan kisaran sekitar 10 kHz.
  2. Sekalipun menurut NanoVNA nilai SWR terendah berkisar 1.3, tetapi pembacaan SWR/Power meter bisa menunjukkan SWR terendah 1.02 pada frekuensi yang sesuai.
  3. Berdasarkan data SWR dan bandwidth terlihat bahwa panjang kawat antenna yang dipasang sudah optimal pada frekuensi tengah sekitar 7,100 MHz dan cenderung bagus ke frekuensi atas.  Jika kita ingin optimal di frekuensi yang lebih tinggi mendekati 7,150 MHz maka panjang antenna bisa dikurangi sedikit, pengurangan bisa per 10 cm kemudian ditest kembali.  Apabila kita ingin optimal pada frekuensi sekita 7,050 MHz maka panjang kawat antenna bisa ditambah sampai SWR pada frekuensi tersebut menunjukkan 1.01 atau 1.02.
  4. Silahkan dipilih dimana frekuensi favorit kita kemudian dilakukan tuning maksimal pada frekuensi tersebut dengan menyesuaikan panjang kawat antenna sampai didapatkan nilai SWR 1.01 dan bandwidth yang lebar, artinya hasil setting sudah pas.  Setelah itu maka penggunaan tuning dengan kapasitor menjadi bonus agar bisa memancar dengan hasil cukup pada frekuensi lain yang berdekatan.

Selamat mencoba.

Z

Mengukur Impedansi Penguat RF dengan Multimeter / AVOmeter

Impedansi input dan output suatu rangkaian penguat / amplifier KATANYA merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.  Terlebih lagi ketika beberapa penguat dirangkaikan satu dengan yang lain KATANYA perlu dijaga agar impedansi output dengan impedansi input penguat-penguat yang saling terhubung  mempunyai impedansi yang sama atau mendekati sehingga transfer daya antar tingkat penguat tersebut menjadi efisien.  Pembahasan mendetail tentang impedansi bisa membuat pusing kepala dan tidak enak makan, ditambah lagi belum ada alat ukurnya yang bisa digunakan secara praktis dan harganya murah.  Oleh karena itu kita homebrewer biasanya menggunakan hitungan kirata (kira-kira saja siapa tahu bisa menjadi nyata hehehe . . .) atau menggunakan jurus tryal & error : dibuat saja dan dipasang – kalau cocok ya dipakai, kalau tidak cocok ya diganti sampai hasilnya lumayan.  Cukup begitu saja sudah membuat kita senang hehehe . . .

Baru-baru ini saya merakit lagi radio transceiver BITX dari OM Yoke Kurnia (YC3LVX) versi BITX Spectra Dual Band dimana exciter-nya sudah selesai digarap kemudian dilanjutkan dengan penguat RF bagian Driver dan Power Amplifier.  Saya menggunakan rangkaian yang sudah biasa saya pakai hanya saja kali ini saya mencoba menggunakan mosfet RF tipe RD16HHF1, disinilah timbul masalah bahwa power output rangkaian Driver dirasakan terlalu kecil.  Sudah dicoba untuk merubah trafo RF di bagian inputnya dengan hitungan kirata sesuai Ciss mosfet tersebut tapi malah zonk, akhirnya saya mencari-cari barangkali ada petunjuk ilham untuk cara pengukuran impedansi yang mudah dan murah.  Pada kesempatan yang baik inilah saya menemukan video dari W2AEW berjudul “How to Measure Output Impedance” bertanggal 7 April 2014, ditambah perkayaan wawasan dari beberapa video lainnya yang membuat saya mantap untuk mencobanya dengan cara yang sederhana.  Saya memilih satu metode yang bisa digunakan secara stabil, dan saya praktekkan pada rangkaian Driver BITX yang saya buat dengan menggunakan alat ukur multimeter / AVOmeter digital dan osciloscope saku sebagai pembanding.  Bagaimana saya mengerjakan eksperimen ini bisa kita simak bersama di bawah ini.

Pengukuran impedansi output Driver dilakukan dengan menghubungkan output Driver dengan beban resistor karbon  dan dilakukan pengukuran tegangan yang timbul pada resistor tersebut.  Pengukuran dilakukan dua kali dengan dua nilai resistor yang berbeda (R1 dan R2) sehingga akan diperoleh 2 nilai tegangan yang berbeda (V1 dan V2).  Silahkan diperhatikan gambar ilustrasi sebagai berikut :

Impedansi - Skema Ukur

Setelah nilai R1 dan R2 dicatat serta hasil pengukuran V1 dan V2 diketahui selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai rumus berikut :

Impedansi - Rumus Hitungan

Nilai V1 dan V2 adalah tegangan peak to peak yang bisa dibaca langsung pada display oscilloscope, tetapi pada multimeter diperlukan alat bantu semacam RF Probe yang saya buat contohnya sesuai skema berikut :

Impedansi - RF Probe

Pada rangkaian ini saya menggunakan resistor 2 watt bernilai 68 ohm dan 220 ohm yang setelah diukur menunjukkan nilai 67 ohm dan 216 ohm.  Nilai resistor hasil pengukuran inilah yang kita pergunakan dalam perhitungan selanjutnya sesuai rumus.  Anda dapat menentukan nilai resistor yang berbeda, silahkan saja terserah Anda.  Pada rangkaian ini saya menggunakan saklar toggle On – Off – On untuk memudahkan pada proses pengukuran.  Rangkaian RF Probe setelah disolder sebagai berikut :

Impedansi - Foto RF Probe

Untuk melakukan pengetesan maka pada rangkaian penguat linier harus diputuskan dulu hubungan antara tahap-tahap penguat yang ada, misalnya pada skema di bawah ini :

Impedansi - Skema Test Driver PA

Titik A dihubungkan ke input RF Probe kemudian rangkaian exciter dan Driver di-ON-kan dan dilakukan pengukuran tegangan dengan pembebanan 2 resistor yang berbeda.

Impedansi - Setup Test Jig

Hasil pengukuran pada radio saya sebagai berikut :

Tegangan power supply = 12,5 V

R1 = 67 ohm ; V1 = 6,75 V ditambah 0,7 V = 7,45 V

R2 = 216 ohm ; V2 = 12,6 V ditambah 0,7 V = 13,3 V

Impedansi - Test 12_6V

Impedansi - Test 6_75V

Pengukuran dilakukan secara paralel bersama dengan oscilloscope saku dan hasilnya dihitung secara terpisah dimana perhitungan data oscilloscope dijadikan acuan sebagai kontrol.  Atas dasar perbandingan tersebut maka hasil pengukuran tegangan menggunakan multimeter / avometer saya tambahkan 0,7 volt sehingga hasilnya mendekati hasil perhitungan dengan data tegangan dari oscilloscope.

Data tersebut dihitung sesuai rumus :
Impedansi - Perhitungan Zo

Demikianlah impedansi output tahap penguat 2N2219A pada Driver radio saya ternyata 118 ohm.  Terus bagaimana dong ?

Ya sudah angka itu hanya sekedar angka sampai kita mengetahui berapa impedansi input rangkaian selanjutnya di seputar mosfet RD16HHF1.  Di sinilah kita menenangkan pikiran mengundang ilham sehingga datang seperti skema berikut ini :

Impedansi - Skema Ukur PA

Perhatikan pada skema di atas : Zo sudah diketahui yaitu 118 ohm. R1 diketahui 67 ohm.  V1 diketahui 7,45 Volt.  V2 bisa diukur ketika sinyal dihubungkan ke rangkaian mosfet dengan impedansi input yang kita hitung kemudian.

Kita perhatikan kembali skema berikut ini :

Impedansi - Skema Test Driver PA

Untuk mengukur impedansi input rangkaian mosfet maka titik A dihubungkan dengan titik B, selanjutnya dihubungkan ke input RF Probe.  RF Probe diatur dengan posisi switch di tengah ( Off ) tidak terhubung ke resistor beban.  Dengan demikian pengukuran tegangan merupakan tegangan pada Rx yaitu impedansi input rangkaian mosfet.

Pada radio saya setelah diukur didapatkan nilai 3,3 Volt kita tambahkan 0,7 Volt menjadi 4,0 Volt dan kita hitung begini :

Impedansi - Perhitungan Zi PA

Demikianlah setelah kita ketahui bahwa impedansi output rangkaian 2N2219 adalah 118 ohm dan impedansi input rangkaian RD16HHF1 adalah 28,5 ohm maka untuk menyeimbangkan digunakan trafo RF dengan perbandingan lilitan 1 : 2.  Saya menggunakan ferit LHE dan kawat email 0,3 mm dengan jumlah 6 lilit trifilar.  Hasilnya power output yang semula hanya 4,2 watt menjadi 7,45 watt.  Lumayan hehehe . . .

UPDATE :

Saya telah melanjutkan eksperimen pengukuran impedansi untuk bagian exciter dan final pemancar, dengan kesimpulan sementara sebagai berikut :

  1. Metode pengukuran impedansi dengan cara mengukur tegangan pada resistor beban / dummy load dengan 2 nilai yang berbeda berikut rumusnya memang benar dapat digunakan untuk mengetahui impedansi output dan impedansi input suatu rangkaian penguat RF.  Pengukuran dengan menggunakan oscilloscope saku menunjukkan hasil yang sesuai ketika dilakukan pengukuran impedansi pada output rangkaian attenuator 50 ohm.
  2. Penggunaan dioda 1N4148 sesuai gambar skema RF Probe di atas diperkirakan berfungsi baik pada level power sekitar 100 milliwatt sampai dengan 2 watt saja pada rangkaian driver.  Untuk pengukuran output exciter yang levelnya kecil dan driver/final yang powernya 5 watt ke atas ternyata hasil pengukuran tegangannya meleset jauh dibandingkan dengan hasil penghitungan berdasarkan data tegangan dari oscilloscope saku.
  3. Masih diperlukan eksperimen lebih lanjut dengan tipe dioda yang berbeda sampai diperoleh hasil yang memuaskan.  Besok saya akan coba menggunakan dioda germanium 1N277 semoga hasilnya lebih bagus.

Selamat mencoba.

Z

Pijat Refleksi Tangan untuk Kebugaran Pria

Sekian lama saya mengerjakan eksperimen elektronika seiring bertambahnya usia sangat terasa kemampuan untuk tahan lama menyolder sangat jauh berkurang dibandingkan masa muda dahulu.  Dahulu nyolder semalam suntuk tidak terasa lelah, gonta ganti PCB pun tidak terasa semuanya bisa diselesaikan.  Sekarang mau menggarap satu PCB saja seringkali tidak sampai selesai, memanaskan solder sebentar dan nyolder beberapa titik sudah terasa malas atau lelah.  Kondisi ini biasanya diterima sebagai suatu kewajaran karena mungkin peredaran darah sudah kurang lancar dengan menumpuknya residu zat makanan, lemak dan lain-lain pada saluran peredaran darah.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat melihat sebuah video pendek berupa tutorial pijat refleksi tangan dengan tujuan meningkatkan vitalitas/kebugaran yang disertai keterangan titik-titik accupressure yang perlu ditekan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.  Saya lupa mencatat situsnya dan ketika mencoba search tidak dapat menemukannya, hanya saja saya masih mengingat sebagian besar petunjuk pada video tersebut dan saya coba sesuai apa yang saya ingat.  Rupanya setelah dikerjakan beberapa kali khasiatnya terbukti nyata sudah saya rasakan sendiri, dimana kegiatan homebrewing bisa dikerjakan lebih semangat, bolak balik kesana kemari tidak terasa, dan yang lebih penting kegiatan menyolder sudah bisa dikerjakan dalam watu yang lebih lama dan tegangan yang lebih konstan dibandingkan dengan sebelumnya.  Apabila ada rekan-rekan yang membutuhkannya untuk dicoba, di sini saya sampaikan sesuai apa yang sudah saya kerjakan dan terbukti berhasil untuk saya.

A. Titik Accupressure

Terdapat 9 (sembilan) titik pada telapak tangan yang perlu dipijat atau ditekan agak keras, silahkan perhatikan foto berikut :

Refleksi Tangan 1

Titik 1 sampai dengan titik 4 ada pada ruas ujung jari, dipijat melalui bagian samping jari dengan pedoman batas bawah kuku jari.  Ketika kita memijat di sekitar titik tersebut dan dicari bagian yang terasa sakit/nyetrum maka akan diperoleh letaknya agak mendekati kuku jari.  Ketika bekas pijatannya ditandai maka tampak seperti foto di atas.  Perhatikan letak titik-titik pijat tersebut berada di bagian dalam, atau mengarah ke ibu jari.

Refleksi Tangan 2

Titik 5 sampai dengan titik 9 terletak pada bagian telapak tangan.

Titik 5 berada pada bagian tengah antara jari tengah dengan jari manis.  Letaknya di bagian tepi selaput jari dan hampir menyentuh bagian tulang.  Letak titik ini agak dalam sehingga pemijatan perlu lebih keras kekuatannya.

Titik 6 – 9 letaknya berpedoman pada bonggol jari / tonjolan yang biasa digunakan untuk meninju, diraba kelanjutannya di bagian telapak tangan.  Bisa dilihat pada foto bahwa titik 6 – 9 berada kurang lebih pada garis tangan yang arahnya melintang, tinggal dipijat agak kuat di sekitarnya untuk mendapatkan letak titik yang tepat.

Refleksi Tangan 3

Selain 9 titik accupressure di atas, setelah dipijat biasanya ada titik-titik lain yang akan terasa berdenyut-denyut antara lain yang saya tandai titik A dan B di atas.  Silahkan dipijat pada titik tersebut biasanya akan terasa setruman yang cukup kuat, silahkan dinikmati hehehe . . .

B. Cara memijat titik accupressure

Titik accupressure dapat ditekan langsung menggunakan jari tangan / ujung jari tangan pemijat, atau dapat pula ditekan menggunakan alat yang ujungnya tumpul dan halus tetapi cukup keras.  Cara penekanan dapat bersifat konstan dengan kekuatan tetap, atau dapat pula secara berputar pada titik yang telah ditentukan.  Lamanya pijatan pada satu titik menurut eksperimen saya sekitar 29 hitungan atau 29 detik, bisa pula lebih lama lagi.  Durasi pijatan dan level kekuatan pijatan dapat disesuaikan dengan daya tahan orang yang dipijat, tetapi khusus pada titik 5 harus dipijat cukup kuat karena letak titik accupressurenya agak dalam.  Titik 6 – 9 juga memerlukan pijatan yang agak kuat karena jangkauannya agak jauh pada bonggol jari.

Setelah pemijatan pada bagian tangan dirasakan cocok, mungkin timbul keinginan untuk memijat pada bagian kaki dengan harapan agar peredaran darahnya semakin lancar.  Silahkan dicoba untuk eksperimen, saya pun sudah mencoba dengan hasil titik-titik accupressure pada kaki sebagai berikut :

Refleksi Kaki 1

Refleksi Kaki 2

Selamat mencoba, semoga cocok dan berhasil.

Z

RF PreAmplifier / Preselector ( Booster RX )

Kondisi propagasi yang kurang menguntungkan akhir-akhir ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada band High Frequency, baik untuk pemancaran maupun penerimaan sinyal radio. Bagi saya yang hanya memiliki perangkat radio homebrew dengan power maksimal 50 watt kondisi ini menyebabkan saya beristirahat – kalaupun menyentuh radio hanya untuk memanaskan dan monitor saja – itupun tidak maksimal karena suara yang diterima nyaris hilang ditelan noise di latar belakang. Saya pikir saya perlu mencoba lagi – setelah dulu berkali-kali mencoba – untuk membuat rangkaian Booster RX dengan mind set yang baru. Artinya saya mencoba membuat rangkaian yang sudah umum dibuat, dibatasi hanya satu band, pembuatan yang lebih teliti dan hati-hati, serta upaya maksimal agar hasilnya bisa digunakan.
Setelah browsing kesana kemari maka saya mendapatkan skema menggunakan JFET MPF 102, selanjutnya menyesuaikan pesawat radio BITX yang sedang dirakit, cek komponen yang ada, dan akhirnya skema saya modifikasi sebagai berikut :

IMG_20221005_091323

Setelah disolder inilah hasilnya :

Rangkaian yang sudah disolder langsung dipasang dalam box alumunium diecast yang kokoh dan dicoba untuk menerima siaran. Hasilnya sebagai berikut :

HASIL EKSPERIMEN :
1.  Kendala pertama ketika akan merakit rangkaian ini adalah kebingungan mengidentifikasi kaki-kaki JFET 2N3819, karena hasil googling menunjukkan ada 2 konfigurasi kaki yaitu SGD dan DGS dengan bentuk kemasan yang sama.  Setelah diukur dengan Component Tester ternyata yang saya punya susunan kakinya adalah DGS.  Pengalaman sebelumnya bahwa komponen FET ini gampang mati karena solder yang “bocor” maka pada saat menyolder FET ini saya mencabut kabel solder dari colokan PLN sehingga solder tidak beraliran listrik.
2.  Rangkaian resonansi di bagian depan saya buat persis rangkaian Band pass Filter (BPF) pada BITX sehingga pada 40m band dibutuhkan kapasitor paralel dengan nilai sekitar 100 pF.  Untuk memudahkan tuning dari panel depan radio maka saya menggunakan dioda varactor AM dengan kapasitas 380 pF diseri dengan kapasitor 220 pF sehingga nilai kapasitas 100 pF masih bisa dijangkau dengan mekanisme tuning menggunakan potensiometer 10 kilo ohm.
3.  RFC pada skema aslinya menggunakan 1 mH, saya cek yang ada hanya RFC 2,5 mH / 100 mA tapi ukurannya terlalu besar.  Akhirnya saya pasang fixed inductor 100 uH saja, ternyata bisa dipakai dan tidak bermasalah.
4.  Pemasangan rangkaian penguat RF yang sensitif di radio beresiko menerima bocoran sinyal RF dari rangkaian sekitarnya, termasuk dari Local Oscillator dan BFO terlebih lagi jika menggunakan Si5351 yang umumnya mempunyai level output yang relatif besar.  Jika hal itu terjadi maka akan menyebabkan feedback yang akhirnya mengganggu fungsi dari rangkaian RF PreAmp / Booster RX tersebut.  Sebagai upaya pengamanan maka rangkaian saya pasang dalam box aluminium diecast yang cukup kokoh dan tebal, sesudah dicoba ternyata bisa berfungsi dengan baik tidak ada osilasi liar atau feedback.
5.  Silahkan cek video hasil pemasangannya di atas, saya yakin rangkaian ini bisa membantu rekan-rekan yang hobby memancar dengan power kecil dan yang hobby monitor, semoga tetap sehat dan semakin sabar di tengah pertarungan para Gajah hehehe . . .

Rangkaian dapat dimodifikasi untuk band lain, tinggal kita mengganti rangkaian LC pada input.  Sebagai acuan dapat dilihat rangkaian BPF BITX multiband, dimana koil digulung sesuai petunjuk dan nilai kapasitor dihitung ulang menyesuaikan nilai varactor yang ada.

Selamat mencoba.

Z